“Hidup gue kok begini banget ya” kata Rahmad.
Ya, Hadirin dan Hadirat sekalian, Perkenalkan Rahmad. Seseorang
yang selalu mengeluh tentang kehidupannya. Dia terlahir di keluarga yang sederhana,
namun dia selalu ingin terlihat keren oleh teman-temannya.
“Elu kenapa lagi sih, Mad?” terlihat Aldi yang seperti bingung
dengan kalimat yang dikeluarkan oleh Rahmad.
“Iya ini hidup gue kapan bahagia nya dah? Tiap hari ada aja
masalah yang buat gue kesel”
Ya memang Rahmad ini selalu mengeluh, meskipun hanya masalah
kecil saja. Seperti saat dia lupa membawa headset untuk nongkrong di cafe, lupa
mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh dosen.
“Emang lu kenapa lagi sih?” tanya Aldi.
“lu tau cara dapetin Percaya Diri ga sih? Gue lagi ngga
percaya diri banget nih sekarang.” ujar Rahmad.
Tersenggol oleh kata-kata Rahmad barusan, Aldi melepas
headset yang sedang digunakannya, lalu meletakkannya dimeja.
“Gampang kok untuk PeDe, yang penting elu harus banyak
bersyukur aja.” Kata Aldi.
“Halah, tiap hari juga gue bersyukur. Tapi tetep aja gue
ngga PeDe.” Ujar Rahmad, nada suaranya mendadak terdengar lebih serius.
“Sebenernya apa yang membuat elu ngga PeDe sih?” tanya
Aldi.
“Iya, gue mau kayak lo gitu punya segalanya. Dan ga ada
masalah apa-apa sama keluarga lu” kata Rahmad.
Aldi menarik napas panjang. Ia tidak ingin salah
mengucapkan kata-kata dan ia hanya mengangguk berkali-kali.
“Kenapa kok lo diem aja, kayak patung lo” kata Rahmad
dengan nada kesal.
“Emang siapa yang membuat lo ngga Pede?” tanya Aldi.
“Amy, Cewe gue. Dia mutusin gue gara-gara dia nganggep
gue bukan cowo kriterianya lagi. Terus dia bete sama gue kenapa gue gabisa jadi yang dia impikan”.
"Ya kalo emang lu bukan yang diharapkan oleh dia, lepasin ajasih."
"Kok lu bukannya kasih solusi malah bikin gue tambah down sih, Di" ketus Rahmad.
"Ya kalo lu bukan kriterianya lagi yaudah putusin aja"
"Tapi gue udah berjuang sejauh ini" kata Rahmad sedikit sedih.
"Mad, ini bukan masalah berjuang atau tidak berjuang, lu udah terlalu lama menyiksa diri sendiri dan lupa bahwa lu juga sebetulnya berhak untuk bahagia. Dan lu juga pasti setuju pada akhirnya bahagia adalah berada dalam kepastian. Bukan sebaliknya kan."
"Ya kalo emang lu bukan yang diharapkan oleh dia, lepasin ajasih."
"Kok lu bukannya kasih solusi malah bikin gue tambah down sih, Di" ketus Rahmad.
"Ya kalo lu bukan kriterianya lagi yaudah putusin aja"
"Tapi gue udah berjuang sejauh ini" kata Rahmad sedikit sedih.
"Mad, ini bukan masalah berjuang atau tidak berjuang, lu udah terlalu lama menyiksa diri sendiri dan lupa bahwa lu juga sebetulnya berhak untuk bahagia. Dan lu juga pasti setuju pada akhirnya bahagia adalah berada dalam kepastian. Bukan sebaliknya kan."
"Nah mulai sekarang mending lu moveon deh dari dia.". Kata Aldi.
"Tapi gue kayaknya gabisa moveon, Dii"
"Bisa kok,Mad. Ngga bisa moveon itu hanya perasaan sementara, sih. Perasaan dimana lu merasa belum bisa lupa tentang mantan lu dan semua kenangan tentang dia. Itu wajar, paling 2 atau 3 bulan lagi bisa lupa."
"Lu kalo gacepet cepet moveon cuma buang-buang waktu lu, nah terus kalo lu bisa cepet moveon lu bisa dapet pacar baru deh." Tambah Aldi.
"Iya dii, untuk yang cepet moveon nya sih bisa gue tapi kalau untuk dapet pacar baru kayaknya susah deh." Ujar Rahmad.
(Bersambung ke Minggu depan! Itupun kalau sempat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar