Minggu, 10 Juni 2018

13 Alasan Mengapa

Hai namaku Ari. Manusia golongan kurang beruntung dan selalu mengalami kegagalan. Bapakku berumur 50 tahunan dan menginginkan anaknya menjadi penggantinya kelak. Keinginannya sangatlah besar. Tapi ini adalah masalahnya. Gue tidak akan pernah bisa menjadi yang dia inginkan. Teman-teman gue tidak ada yang bisa mengerti dan mencoba support gue. Sebenernya ada beberapa, namun hanya bertahan sesaat dan kemudian mereka kembali menghilang begitu saja.

Selamat untuk teman-temanku, kalian berhasil membuat sejarah. Manusia manusia yang bisa mengerti diriku walaupun hanya untuk waktu yang tidak begitu lama. Setidaknya dapat mengurangi kesedihanku. Tapi ingatlah, kesedihan itu hanya berkurang bukan menghilang.

"If someone makes you happy, thank them. Let them know. It's nice to be appreciated."

Tulisan ini aku tulis dalam keadaan sadar dan tanpa obat-obatan atau minuman apapun. Maaf kalau sedikit agak berlebihan dan tidak masuk akal namun inilah aku. Dan inilah kehidupan yang aku jalani dan kejadian yang membuatku merasa kalau kehidupanku ini tidak ada artinya.

Dan berpikir positif adalah salah satu hal yang tidak realistis di dunia yang kejam ini. Tapi kamu tidak bisa menjauh dari dirimu sendiri. Kamu tidak dapat memutuskan untuk tidak melihat dirimu lagi. Kamu tidak dapat memutuskan untuk mematikan kegaduhan di kepalamu.

Dan semua berawal dari masa masa sekolahku.

Saat aku SMP. Kehidupanku sudah sangat kacau, orang tua-ku diambang bercerai. Bapak ku ketahuan selingkuh. Dan Bapak tidak mengakuinya. Setiap hari aku mendengar keributan, caci maki dan emosi. Tidak ada yang bisa ku lakukan, aku hanya bisa terdiam dikamar sambil mendengarkan keributan itu. Dunia ingin ku hentikan. Kesedihan ku tak dapat terbendung lagi saat ibuku memutuskan untuk pindah rumah ke rumah orangtua ibu. Aku tidak ingin mereka berpisah, namun itu mungkin adalah cara yang terbaik.

Selama 2 bulan lebih aku dan adik-adik ku tinggal bersama nenek ku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk yang terbaik. Air mataku selalu menetes saatku melihat foto bapak. Aku sangat rindu. Kebahagiaanku sudah terenggut saatku masih kecil.

Dan itu adalah yang pertama, namun sangat membekas dihatiku dan tidak dapat dilupakan. Disaat orang lain bisa bahagia dengan orang tuanya, aku tidak bisa merasakan hal tersebut.
Namun saya masih bisa berharap mendapatkan kebahagiaan yang lain nya di masa-masa sekolah ku.
Namun, harapan saya tersebut sepertinya tidak akan pernah terwujud.

Waktu SMA, disaat teman-teman yang lain bercengkrama dan selalu bercanda. Aku hanya diam sendirian di bangku belakang, ke- tidak percaya diri-an ku menjadi penyebabnya. Disaat teman yang lain terlihat bahagia karena bisa masuk SMA tersebut, aku tidak bahagia sama sekali karena SMA tersebut bukanlah SMA impianku dan Bapak-ku sangat kecewa karena aku tidak bisa mewujudka impianya untuk mendapatkan SMA yang lebih dari itu.

Hari demi hari sudah dilewati, aku tetap pada kesendirianku. Hanya ada beberapa murid yang iba kepadaku menghampiri diriku hanya untuk mengobrol dan basa-basi. Setelah itu mereka pergi begitu saja.

Sampai akhirnya ada seseorang yang kurasa dia benar-benar dapat kupercaya. Dia adalah Feby, seorang perempuan cantik dengan senyuman yang manis.

Awalnya dia menyapaku disaat pelajaran jam kedua, saat itu kelas sedang kosong. Dengan kebaikannya dia mengajakku ngobrol-ngobrol dan membuatku nyaman.